Beranda | Artikel
Ahlus Sunnah Mengimani Adanya Ash-Shiraath
Sabtu, 12 Desember 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Ahlus Sunnah Mengimani Adanya Ash-Shiraath adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas pada Sabtu, 26 Rabiul Akhir 1442 H / 12 Desember 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Ahlus Sunnah Mengimani Adanya Ash-Shiraath

Ash-shiraath (اَلصِّرَاطُ) secara bahasa berarti jalan, sedangkan menurut syar’i adalah jembatan yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam yang akan dilewati ummat manusia menuju Surga sesuai dengan amalan mereka. Seperti disebutkan oleh para ulama tentang masalah ini, disebutkan juga oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam aqidah Al-Wasithiyah, beliau menyebutkan:

والصراط منصوب على متن جهنم – وهو الجسر الذي بين الجنة والنار – يمر الناس عليه على قدر أعمالهم

“Shiraath itu jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam -yaitu jembatan yang berada antara Surga dan Neraka- yang manusia melewati di atasnya menurut kadar dari amal-amal mereka.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

Dan tidak ada seorang pun di antara kalian yang tidak mendatangi Neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah satu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang dzalim di dalam Neraka dalam keadaan berlutut.” (Maryam:[19] 71-72)

‘Abdullah bin Mas’ud, Qatadah dan Zaid bin Aslam Radhiyallahu ‘Anhum menafsirkan ayat di atas bahwa yang dimaksud adalah melewati Ash-Shiraath. Sedangkan Sahabat Ibnu‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhum dan yang lainnya menafsirkannya dengan masuk Neraka lalu dikeluarkan kembali (diselamatkan) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berdasarkan ayat 72 tersebut. Dan pendapat yang kuat adalah yang menafsirkannya dengan melewati shirath. Wallaahu a’lam. (Lihat Syarah Lum’atil I’tiqaad (hal. 126) dan Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 415-416) tahqiq Syaikh al-Albani.)

Jadi makna “setiap kalian akan mendatanginya,” maksudnya adalah mendatangi sirath, akan melewati sirat di atas Neraka jahannam. Ini pendapat para ulama. Seperti disebutkan juga oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa di juz yang ke-4. Begitu juga penjelasan Imam An-Nawawi di dalam Syarah Shahih Muslim:

والصحيح أن المراد بالورود في الآية: المرور على الصراط

“Yang benar, yang dimaksud dengan ‘setiap kalian akan menlewatinya’, maksudnya melewati shiraath.”

Begitu juga dikatakan Ibnu Abi al-Izz al-Hanafi dalam Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah, beliau juga menyebutkan demikian:

والأظهر والأقوى: أنه المرور على الصراط

“Yang paling kuat, yaitu melewati shiraath.”

Begitu juga Syaikh Bin Baz menyebutkan:

المراد بالورود المرور على الصراط

“Yang dimaksud dengan ‘mendatanginya’, yaitu melewati shiraath.”

Dalilnya adalah ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menyebutkan tentang melewati shiraath. Dan orang yang melewati shiraat ini tergantung kepada amal-amal mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang orang-orang yang melewati shirath: “Yang pertama kali melewatinya secepat kedipan mata, secepat kilat, kemudian seperti angin, seperti burung terbang, seperti orang berlari, seperti orang berjalan, dan ada pula yang merangkak. Mereka dibawa oleh amal perbuatannya. Ketika itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri di atas jembatan dan berdo’a: ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Pada kedua sisi jembatan itu ada kait-kait yang digantungkan, diperintahkan untuk mengait siapa yang telah diperintahkan kepadanya. Maka ada yang terkoyak tetapi selamat dan ada pula yang dicampakkan ke dalam Neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu menjelaskan tentang sifat shirath bahwasanya shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang. (HR. Muslim)

Dan kita tidak boleh menanyakan tentang bagaimana hal-hal yang berkaitan dengan hari kiamat. Hal ini karena ghaib bagi kita dan Nabi tidak menjelaskan. Maka kita wajib mengimani tanpa menanyakan bagaimananya. Juga tidak ada dikatakan bahwa shiraath seperti rambut dibelah tujuh.

Apabila mereka telah menyeberangi jembatan itu, mereka akan diberhentikan, lalu masing-masing mereka diberi balasan atas kezhaliman yang pernah mereka lakukan di dunia. Sehingga apabila mereka sudah dibersihkan dan disucikan, barulah mereka baru diizinkan untuk memasuki Surga. (HR. Al-Bukhari)

Orang yang pertama kali meminta dibukakan pintu Surga adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan ummat yang pertama-tama memasuki Surga adalah ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (HR. Bukhari dan Muslim)

Lalu bagaimana pembahasan tentang Ahlus Sunnah Mengimani Adanya Ash-Shiraath? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download Mp3 Kajian Tentang Ahlus Sunnah Mengimani Adanya Ash-Shiraath


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49520-ahlus-sunnah-mengimani-adanya-ash-shiraath/